Rifandi Aditya
21090114140109
M Raditya Daniswara 21090114120001
Harno 21090114120051
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan teknologi saat ini berpengaruh pada
kinerja suatu sistem informasi. Sistem informasi harus dibuat dengan perintah
tertentu dalam perjalanannya, sistem informasi memiliki dua kemungkinan,
berjalan dengan baik maupun kurang baik. Bagi sistem yang berjalan dengan baik,
perlu dilakukan pengecekan secara apakah sistem masih berjalan dengan baik,
atau ada yang perlu dikembangkan.
Disisi lain dalam pengecekan berkala atau diluar
waktu tersebut terdeteksi bahwa sistem mengalami kerusakan, perlu dilakukan
tindakan untuk mengatasi kesalahan tersebut.
Pengembangan suatu sistem informasi dimulai dengan
perencanaan (plane), pelaksanaan (do), pengecekan(check), dan aksi (action).
Setelah suatu sistem informasi direncanakan dan dilaksanakan, selanjutnya sistem
tersebut perlu dicek atau dilakukan evaluasi, yang hasilnya menentukan action
selanjutnya. Ditengah- tengah langkah pengecekan, maintainability menjadi salah
satu yang sangat diharapkan dapat berperan dalam menerapkan dan mengembangkan
suatu sistem informasi yang lebih baik.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
a) Mampu
menjelaskan pengertian dari Maintainability, Reliability, dan Availability
b) Mengetahui
Fungsi – fungsi dari Maintainability, Reliability, dan Availability
c) Mengetahui
Rumus-rumus yang berkaitan dengan Maintainability, Reliability, dan
Availability
1.3 Manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah :
a) Bagi
mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber referensi belajar mata kuliah
keandalan dan resiko
b) Bagi
pembaca dapat menjadi referensi untuk menigkatkan pengetahuan tentang
Maintainability, Reliability, dan Availability
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Maintainability
Maintainability
berasal dari kata maintain (pemeliharaan) dan ability (kemampuan). Maintainability
dapat diartikansebagai kemampuan memelihara suatu sistem yang memiliki
kemungkinan suatu sistem yang rusak untuk dikembalikan pada kondisi kerja penuh
dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan.
2.2
Pengertian
Reliability
Reliability adalah
sebuah proses sistematis yang harus dilakukan untuk menjamin seluruh fasilitas
fisik dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan desain dan fungsinya.
Reliability akan membawa kepada sebuah program maintenance yang fokus pada
pencegahan terjadinya jenis kegagalan yang sering terjadi.
2.3
Pengertian
Availability
Availability
didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa sistem atau komponen melakukan fungsi
atau operasi sesuai yang diperlukan pada saat tertentu dalam periode tertentu
dan dipelihara dengan cara yang sudah ditentukan (Ebeling, 1997). Artinya,
availability adalah probabilitas bahwa suatu sistem gagal atau tidak menjalani
tindakan perbaikan bila perlu digunakan.
2.4
Hubungan
Antara Maintainability, Reliability dan Availability
Reliability
adalah probabilitas suatu item untuk bekerja secara normal pada saat
operasional. Reliability dapat dihitung dengan membandingkan running hours per
tahun dengan jumlah jam breakdown dalam setahun.
Pada kasus tertentu dimana sebuah unit dengan sistem redundansi
(cadangan) maka reliability tidak selalu dihitung hingga unit cadang tersebut
tersedia atau beroperasi. Reliability pada kasus tersebut dapat dihitung
dengan.
Availability
adalah ketersediaan suatu item untuk bekerja secara normal saat
operasional. Untuk penghitungan availability, Preventive Maintenance dan
Predictive Maintenance dimasukkan dalam perhitungan ini. Karena availability
itu berkaitan dengan efisiensi aktivitas maintenance pada suatu unit yang
berdasarkan downtime yang terencana.
Maintainability
adalah probabilitas pada perawatan suatu item untuk dikembalikan kepada kondisi
awal operasional. Aktivitas perawatan tersebut termasuk PM dan PDM atau CM,
perhitungan ini membandingkan total jam perbaikan dengan jumlah even yang
dilakukan oleh departemen perawatan. Dengan mengetahui maintainability suatu
peralatan maka kita dapat menganalisa efisiensi waktu shutdown suatu unit untuk
aktivitas perawatan. Semakin kecil perbandingannya maka nilai availability akan
semakin besar karena planned downtime berjalan efisien.
Tiga komponen tersebut saling berkaitan sekaligus menjadi buah
simalakama bagi orang perawatan karena jika perawatan suatu unit lebih menitik
beratkan bpada MTTR bisa jadi perawatan akan tidak sempurna dan
mengakibatkan reliability pada unit tersebut
turun. Maka kita harus menyeimbangkan tiga aspek tersebut bagaimana aktifitas
perawatan dapat berjalan efisien dan optimal.
2.5
Tujuan
Perawatan
Secara umum perawatan mempunyai
tujuan (Hadi, 1996):
a)
Memungkinkan
tercapainya mutu produksi dan kepuasan pelanggan melalui penyesuaian,
pelayanan, dan pengoperasian peralatan secara tepat.
b)
Memaksimalkan
umur kegunaan dari system
c)
Menjaga
agar sistem aman mencegah berkembangnya gangguan keamanan.
d)
Meminimalkan
frekuensi dan kuatnya gangguan terhadap proses operasi.
e)
Meminimalkan
biaya produksi total yang secara langsung dapat dihubungkan
dengan service dan perbaikan.
f)
Memaksimalkan
produksi dari sumber- sumber sistem yang ada.
g)
Menyiapkan
personel, fasilitas, dan metode- metodenya agar mampu mengerjakan tugas- tugas
perawatan.
2.6
Urgensi
Maintainability
Merupakan unsur
maintainability dalam pengembangan software termasuk dalam Product
Operations yaitu kemampuan software dalam menjalani perubahan. Setelah
sebuah software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat
berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Untuk
menentukan penting atau tidaknya maintainability, terlebih dahulu melihat
tujuan dari pemeliharaan sistem informasi tersebut, diantaranya:
1.Memperbaiki Kesalahan (Correcting
Errors)
Maintenance dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang muncul saat suatu sistem dioperasikan, seperti
kesalahan(bugs) dalam program ataukelemahan rancangan.
2.Menjamin dan Meningkatkan
Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)
Salah satu aktivitas maintainance
adalah memeriksa secara periodik.
3.Menjaga Kemutakhiran
Sistem (System Update)
Akibat perkembangan teknologi
seiring waktu berjalan mengharuskan dilakukannya modifikasi pada perangkat
lunak(software) atau perangkat keras (hardware).
Adapun jenis- jenis pemeliharaan
yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeliharaan korektif (Corrective
maintenance)
Terjadi pada saat produk dipakai
dan hasilnya dapat dipakai oleh pemakai, baik berupa kesalahan input yang
timbul maupun kesalahan output yang tidak sesuai.
2. Pemeliharaan
Adaptif (Adaptive maintenance)
Terjadi karena pertumbuhan atau
perkembangan perangkat lunak (software) atau perangkat keras (hardware) sehingga
memerlukan modifikasi.
3.Pemeliharaan Prefektif (Perfective
maintenance)
Terjadi pada saat perangkat lunak
telah dibuat dan dilakukan uji coba, kemudian digunakan
oleh users dan muncul tambahan
permintaan tambahan fungsi.
4.Pemeliharaan Preventif (Preventive
maintenance)
Pemeliharaan ini digunakan untuk
menghadapi kemajuan perangkat lunak (software) atau perangkat
keras (hardware)di masa mendatang, misal dengan penambahan fungsi atau
melengkapi fungsi yang telah ada.
2.7
Perbaikan
Maintainability Selama Pengembangan
Banyak aktivitas yang
dilakukan selama pengembangan perbaikan perangkat lunak. Beberapa aktivitas
dijabarkan sebagai berikut:
·
Aktifitas analisis
– mengembangkan standarisasi
petunjuk
– menentukan kendala untuk
dokumen pendukung
– menentukan prosedur yang
menjamin kualitas
– menentukan perbaikan
produk
– menentukan sumber daya
yang diperlukan untuk pemeliharaan
– memperkirakan biaya
pemeliharaan
·
Aktivitas perancangan arsitektural:
– menekankan kejelasan dan
modularity sebagai kriteria perancangan
– merancang
kemudahan-kemudahan dalam perbaikan
– menggunakan notasi
standard untuk dokumentasi dari aliran data, fungi, struktur, dll
·
Aktivitas perancangan terinci:
– menggunakan notasi standar
untuk algoritma, struktur data, prosedur
– menentukan pengaruh yang
ditimbulkan dan penangan hal-hal yang ditimhulkan
·
Aktivitas penerapan:
– menggunakan prinsip
penyusunan sate masukan dan satu keluaran
– menggunakan standar
penyusunan
– menggunakan gaya
pengkodean yang jelas dan simpel
– menyediakan dokumentasi
singkat untuk setiap modul
– mengikuti petunjuk pada
dokumentasi standar
·
Aktivitas lainnya:
– mengembangkan petunjuk pemeliharaan
– mengembangkan uji coba
yang cocok
– menyediakan dokumentasi
uji coba
Dalam melakukan
pemeliharaan juga diperlukan pencatatan yang merupakan aktivitas yang tidak
dapat ditinggalkan, karena pada pencatatan akan digunakan untuk mengukur
kualitas dari program yang telah dimodifikasi.
Data yang dicatat
antara lain:
·
Identifikas program
·
Jumlah bans perintah dari program cumber
·
Jumlah instruksi yang berorientasi ke bahasa mesin
·
Bahasa pemrograman yang digunakan
·
Tanggal pemasangan program
·
Jumlah program yang dapat di-run (dijalankan) semenjak dipasang
(diinstall)
·
Jumlah proses yang gagal digabungkan dengan nomor 6
·
Tingkat perubahan program dan identifikasi
·
Jumlah penambahan perintah pada program yang diuhah
·
Jumlah penghapusan perintah pada program yang diubah
·
Jumlah jam kerja yang dihabiskan pada perubahan
·
Tanggal perubahan program
·
Identifikasi dari software engineering
·
Identifikasi dari MRF
·
Tipe pemeliharaan
·
Tanggal awal dan berakhir pemeliharaan
·
Jumlah total jam kerja pada aktivitas pemeliharaan
·
Manfaat yang didapat dari aktivitas pemeliharaan
Setelah dilakukan
pencatatan, maka selanjutnya dilakukan evaluasi. Evaluasi biasanya jarang
dilakukan karena kurangnya data yang dicatat, apabila pencatatan dilakukan
dengan benar, maka dapat dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap:
–
jumlah rata-rata kegagalan proses per program pada saat dipasang
–
jumlah total waktu yang dihabiskan untuk masing-masing kategori pemeliharaan
–
jumlah rata-rata perubahan program yang dilakukan per bahasa program atau per
tipe pemeliharaan
–
jumlah rata-rata yang dilukiskan untuk penambahan atau penghapusan baris
perintah dari program yang diubah
–
jumlah rata-rata yang dihabiskan per bahasa
–
persentase permintaan pemeliharaan per tipe
Tugas yang ada pada
pemeliharaan sebetulnya telah dipersiapkan sebelum terjadinya permintaan
pemeliharaan. Tugas ini diawali dengan pemkentukan organisasi pemeliharaan
(baik secara informal atau secara formal), prosedur pelaporan dan evaluasi
harus dijabarkan dan urutan tindakan ditentukan untuk masing-masing permintaan
pemeliharaan. Selain itu sistem pencatatan untuk aktivitas pemeliharaan juga
harus ditentukan, review dan kriteria evaluasi didefinisikan.
Struktur organisasi
pemeliharaan dapat dikatakan hampir sama seperti struktur organisasi
pengembangan atau pembuatan perangkat lunak. Oleh karena itu struktur
organisasi yang dianjurkan untuk pengembangan perangkat lunak dan pemeliharaan
tidak terlampau ditekankan, harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Dalam
banyak permasalahan, umumnya organisasi secara formal untuk aktivitas
pemeliharaan jarang ada (kecuali untuk pengembangan atau pembuatan perangkat
lunak yang besar). Walaupun organisasi secara formal tidak mutlak harus
dibentuk, tetapi tanggung jawab dari organisasi pemeliharan mutlak harus ada.
Permintaan pemeliharaan akan disalurkan melalui pengawas pemeliharaan yang akan
meneruskan ke penyelia sistem (sistem supervisor) untuk dievaluasi. Penyelia
sistem adalah anggota dari tim yang menerima tugas untuk bertanggung jawab
terhadap perubahan atau pemeliharaan. Setelah evaluasi dilakukan, hak kontrol
perubahan harus menentukan tindakan-tindakan yang akan diambil
Bentuk organisasi yang
dianjurkan di atas akan mengurangi kebingungan dan memperbaiki aliran informasi
dari aktivitas pemeliharaan. Dikarenakan seluruh permintaan pemeliharaan akan
disalurkan melalui satu orang, selain itu juga permintaan perubahan akan cepat
dievaluasi karena adanya satu orang yang bertugas untuk mengevaluasi perangkat
lunak yang telah dibuat. Masing-masing jabatan yang ada pada bentuk organisasi
yang dianjurkan hanya terdiri dari satu orang (satu grup) dan mempunyai
tanggung jawab terhadap tugas tertentu. Sedangkan untuk jabatan hak kontrol
perubahan dapat terdiri dari satu orang atau grup yang terdiri dari staf teknik
senior atau manajer.
Seluruh permintaan
akan pemeliharaan seharusnya dibuat dalam satu bentuk formulir standar. Umumnya
pembuat atau pengembangan perangkat lunak membuat satu bentuk formulir atau
dokumentasi standar untuk permintaan pemeliharaan yang dikenal dengan nama
Maintenance Request Form (MRF atau formulir permintaan pemeliharaan) atau
Software Problem Request (laporan permasalahan perangkat lunak). Jika
diketemukan kesalahan oleh pemakai pada perangkat lunak, maka keadaan yang
menimbulkan kesalahan dijabarkan secara lengkap (meliputi pemasukan data, uji
coba, dan lain-lain). MRF adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar untuk
perencanaan tugas pemeliharaan. Biasanya organisasi pembuat atau pengembangan
perangkat lunak mengembangkan Software Change Report (SCR atau laporan
perubahan perangkat lunak) yang berisikan usaha yang dilakukan untuk memenuhi
MRF, modifikasi yang diperlukan, priortitas permintaan, dan perkiraan hasil
modifikasi. SCR ini nantinya akan diajukan ke hak kontrol perubahan dan sebelum
perencanaan pemeliharaan dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
O’Brien, J. A., & marakas, G. M.
2010. Introduction to Information Systems. (15 th edition).
New York: Mc Graw- Hills.
http://analisa.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/08/01/apa-urgensi-maintainability-dari-suatu-software/
http://berbagienergi.com/2015/09/30/performance-sistem-maintenance/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar